1. Kampung Begi
Kampung Begi di pinggir kali Digul pagi itu lambat bangun. Sepanjang malam hujan hebat, sampai siang. Asap naik dari rumah-rumah. Orang bakar sagu dan duduk dekat tempat-tempat api, karena dingin. Ketika hujan hampir berhenti, orang mulai keluar dari rumah. Ada yang pergi pancing. Ada lain yang naik perahu untuk pergi ke kebun. Semua seperti biasa.
Mereka belum tahu kalender, tetapi hari itu adalah hari Selasa, tanggal 28 Maret 1905. Hari itu mereka tidak akan pernah lupakan.
Bunyi aneh
Siang hari, orang mulai dengar bunyi aneh. Dulu bunyi itu masih belum jelas, hampir tidak bisa didengar. Tetapi semakin keras bunyi itu. Rupanya ada sesuatu yang datang naik kali Digul. Masih satu dua tanjung di bawah, tetapi semakin dekat.
Tiba-tiba satu orang bilang: “Saya tahu bunyi itu! Itu sama dengan bunyi yang kami dengar waktu kami bertemu dengan perahu yang aneh itu! Masih ingat? Bunyi sama! Hanya kali ini bunyi lebih kuat! Pasti ini lagi semacam perahu aneh itu yang menderu!”
Ada lain yang juga ingat apa yang terjadi pada saat itu, hampir dua tahun yang lalu. Waktu itu, ketika mereka melihat perahu yang berbunyi itu dengan makhluk yang sangat aneh yang di dalamnya, mereka sangat terkejut, dan langsung melarikan diri. Dalam keadaan panik itu mereka meninggalkan sebuah perahu kecil dengan bayi. Sesudah bunyi perahu itu sudah menghilang, dengan sangat hati-hati mereka pergi kembali ke tempat itu. Dan heran sekali: bayi itu masih ada! Dan di sampingnya terletak beberapa hadiah! Mungkin saja makhluk aneh dalam perahu yang berbunyi itu tidak punya niat buruk…
Kapal besar!
Mengingat peristiwa itu maka kali ini mereka tidak lari ke hutan untuk menyembunyikan diri. Sebaliknya, beberapa orang naik perahu, dan mulai dayung ke bawah, menuju ke arah bunyi itu, pergi lihat apa itu yang datang naik kali.
Mereka belum jauh ketika mereka lihat kapal itu muncul di tanjung di bawah mereka punya kampung.
2. Kapal uap Valk
Kapal yang datang naik kali Digul itu tentu jauh lebih besar dari sekoci uap yang dulu pernah mereka temukan! Tetapi pengalaman positif dari dulu itu memberi keberanian besar kepada mereka. Mereka tidak segera berbalik melarikan diri, tetapi dayung terus menuju ke kapal besar itu.
Waktu mereka mulai dekat, mereka kaget melihat penumpang kapal itu. Memang, ada yang kelihatan sangat aneh, dengan kulit putih dan pakaian putih, seperti yang mereka sudah lihat dua tahun lalu. Tetapi yang berdiri paling di depan di atas kapal itu adalah orang Marind!
3. Bpk De Jong, kapten kapal uap Van Doorn yang
naik kali Digul pada tahun 1903.
Di sampingnya ada orang Marind.
Perbedaan dalam penampilan tidak membutuhkan penjelasan!
[© Collectie Nederlands Instituut voor Militaire Historie]
Kapal uap Valk dengan penumpangnya
4. Merauke 1905
Delapan hari sebelumnya kapal uap yang bernama Valk ini sudah berangkat dari Merauke. Mereka mau menjelajahi kali Digul sampai di atas. Pemimpinnya adalah assistent-resident bpk Kroesen, pejabat tertinggi di bagian selatan Papua pada saat itu. Bpk Posthumus Meyjes dan istrinya juga ada di kapal; dia akan memetakan sungai. Sepupunya, bpk Koch, ikut sebagai dokter dan naturalis. Selain mereka itu ada juga kelompok sekitar 25 tentara, ditambah dengan awak kapal.
Agar bisa komunikasi dengan orang yang mereka harap akan bertemu di tengah perjalanan mereka, ada seorang Marind dari dekat Merauke yang ikut sebagai juru bahasa, namanya Siki. Ada juga dua orang pemandu, yang pertama yang bernama Mamona, dari dekat muara kali Bulaka (di pantai selatan), dan yang kedua yang bernama Salim, dari lingkungan Boja atau Omangike di selat Mariana.
5. Mamona dan Salim
Rasa curiga
Waktu perahu-perahu dari kampung Begi itu mulai dekat kapal Valk, Mamona dan Salim berdiri di kapal mengayun-ayun dengan kain berwarna, sambil berteriak: sambila! sambila! (“kami teman-teman yang baik!”). Tetapi apakah mereka benar-benar datang dengan niat baik? Tiap kali orang Marind muncul di wilayah kali Digul, itu selalu untuk menyerang orang Digul, untuk mencuri orang atau potong kepala mereka!
Sangat jelas bahwa orang di dalam perahu-perahu itu takut! Mereka waspada terhadap makhluk putih yang aneh itu. Tapi mereka sangat curiga terhadap orang Marind! Dan dengan alasan! Mereka pasti tidak kenal Mamona dan Salim, tetapi dua orang Marind itu sudah beberapa kali pernah ke wilayah ini bersama dengan anggota-anggota suku mereka, dengan maksud jahat! Inilah wilayah di mana mereka orang Marind biasa berburu manusia!
6. Perahu-perahu orang Begi mendekati kapal Valk
Pertemuan
Ketika kapal uap itu sampai di depan kampung Begi, mesin berhenti, dan jangkar jatuh ke dalam air. Masih butuh beberapa saat sebelum perahu-perahu itu dengan hati-hati berani datang bersandar di sisi kapal.
Setelah mereka mengambil langkah itu, suasana makin akrab. Mereka bahkan mengundang kepala kapal uap datang berkunjung ke kampung mereka. Maka sore itu bpk Kroesen, dengan beberapa temannya, naik ke darat. Dia duduk di batang pohon tumbang, sedangkan para penduduk kampung berjongkok di sekelilingnya.
7. Bpk Kroesen
Tidak nyaman
Namun orang kampung belum rasa nyaman. Berkali-kali bpk Kroesen harus meyakinkan mereka bahwa kapalnya tidak datang untuk menyerang orang. Akhirnya mereka sedikit lebih tenang.
Tetapi ketika salah satu dari orang putih itu mulai membuat perancah yang aneh, mereka mulai takut lagi. Beberapa orang mundur ke rumah mereka. Mamona dan Siki coba menghilangkan rasa takut mereka; mereka berdiri di perangkat itu dan dengan mata tertutup berpura-pura melihat melalui penonton itu. Tapi orang kampung tetap tidak percaya. Melihat efek negatif itu, bpk Kroesen suruh pk Posthumus Meyjes menyimpan alatnya. Namun suasana nyaman ternyata sudah hilang.
8. Bpk Posthumus Meyjes dengan alatnya
untuk menentukan koordinat tempat itu
Sepi kembali – untuk berapa lama?
Ketika mulai gelap, Kroesen dengan teman-temannya pulang ke kapal Valk. Malam itu terdengar bunyi musik gamelan dari kapal, dari anak-anak kapal yang berasal dari pulau Jawa. Di dalam rumah-rumah kampung kejadian hari itu berulang-ulang diceritakan dan dievaluasi. Terkadang seseorang mulai bernyanyi. Sesekali, ada orang yang tiup sangkakala dengan nada memanjang.
Besok pagi orang dengar mesin Valk dihidupkan lagi. Tetapi hampir semua tinggal di rumah saja. Satu-satu saja yang keluar berdiri di pendopo rumah. Meskipun kemarin sore bpk Kroesen berulang kali bertanya apakah mungkin salah seorang dari mereka bisa ikut sebagai pemandu, tidak ada satu yang mau ikut. Bayangkanlah, itu seperti memberi diri tertangkap!
Orang kampung tetap rasa curiga. Ke mana kapal itu mau pergi? Apa tujuan mereka? Tujuan itu baik, atau jahat? Dan apa yang akan mereka lakukan waktu mereka kembali lagi nanti?
Ketika kapal berangkat untuk melanjutkan perjalanannya ke arah kepala kali Digul, hanya satu bapak saja yang melambaikan tangan.
Tidak lama baru bunyi kapal menghilang. Kampung Begi sudah sepi kembali. Tapi untuk berapa lama?
–//–
Catatan:
- Kapten Kapal uap Valk adalah bk Hondius van Herwerden, tetapi kami tidak dapat fotonya.
- Johannes Alexander Kroesen lahir di Semarang pada tanggal 19 Juli 1857, dan meninggal dunia di Belanda pada tanggal 14 Nopember 1936. Pada tahun 1905 dia sudah lama bercerai dari isterinya yang pertama. Dia adalah pendiri pemukiman Belanda di Merauke pada tahun 1902, dan adalah pegawai pertama yang bertugas sebagai kepala pemerintah Belanda di wilayah Papua Selatan dari 1902-1906.
- Reinier Posthumus Meyjes (1861-1939) menikah dengan Petronella Adriana Wurfbain. Dialah pemimpin “Zuidwest Nieuw-Guinea Expeditie” (Ekspedisi yang diadakan pada tahun 1905 untuk mempelajari sebelah barat daya Papua). Istrinya Petronella Adriana Wurfbain menemaninya di seluruh perjalanannya di Papua, dan mengambil kebanyakan foto-foto di ekspedisi ini.
- Pada tahun 1905, Jan Willem Reinier Koch (1860-1924) belum beristeri. Kemudian pada tahun 1911 dia menikah dengan Annette Petronella Catharina van Ginkel. Dia juga melakukan penelitian etnografi dan biologi.
- Pada zaman itu, orang Marind yang hidup di sebelah utara kali Bian biasa mencari korban di wilayah kali Digul, sedangkan orang Marind yang hidup di sebelah selatan kali Bian biasa mencarinya di bagian timur, di wilayah Papua yang pada saat itu dikuasai oleh Inggris.
- Mengenai tiupan sangkakala dengan nada memanjang oleh orang Bagi itu, kurang jelas apa artinya. Apakah maksudnya untuk memperingatkan orang yang lebih jauh bahwa ada bahaya karena orang asing datang naik kali Digul?
Sumber:
- De Zuidwest Nieuw-Guinea-Expeditie 1904/5 van het Kon. Ned. Aardrijkskundig Genootschap. Leiden (Brill) 1908.
- Majalah Tijdschrift Aardrijkskundig Genootschap, 1905, hal. 763-769.
- Kroesen, J.A. (assistent-resident), Memorie van overgave van het bestuur over het Gewest Zuid Nieuw Guinea, 20 januari 1906. Afschrift “Mailrapport” van 15 Maart 1906. No. 337. 1910. Nationaal Archief (Den Haag), Archief Ministerie van Koloniën en Opvolgers, 2.10.39, Inv.Nr. 410.
- Hellwig, R.L.A. (assistant-resident), Memorie van Overgave van het bestuur over het gewest Zuid Nieuw Guinea (28 juli 1910). Met bijlage: Korte Kroniek der belangrijkste gebeurtenissen (Loopende van 12 Februari 1902 tot 30 Juni 1906). Nationaal Archief (Den Haag), Archief Ministerie van Koloniën en Opvolgers, 2.10.39, Inv.Nr. 411.
Ilustrasi:
- Nomor 1, 4, 5, 6, dan 8 diambil oleh istri bpk Posthumus Meyjes, dan di kutip dari “De Zuidwest Nieuw-Guinea-Expeditie 1904/5 van het Kon. Ned. Aardrijkskundig Genootschap”, Leiden (Brill) 1908.
- Nomor 2 (kapal uap Valk) diambil dari dr. W.K.H. Feuilletau de Bruyn, “Pioniers in de rimboe – Avonturen van een exploratie-detachement in Zuidwest-Nieuw-Guinea”, Haarlem 1947 (cetakan ke-2)
- Nomor 3 (bpk De Jong dengan dua orang Marind) diambil dari ‘Collectie Nederlands Instituut voor Militaire Historie’ (https://nimh-beeldbank.defensie.nl/).
- Nomor 7 (bpk Kroesen) diambil dari “De Zuidwest Nieuw-Guinea-Expeditie 1904/5 van het Kon. Ned. Aardrijkskundig Genootschap”, Leiden (Brill) 1908.
- peta: hak cipta J.P.D. Groen